Rabu, 23 Maret 2011

Wang Sinawang

"Urip iku wang sinawang", demikian pesan Kiai Munif Girikusumo dalam sebuah pengajian. Hal ini juga yang aku cletukkan ke seorang teman lama yang alhamdulillah berkat FB bisa komunikasi lagi untuk mengenang masa lalu saat kami masih duduk di bangku kelas sekolah dasar. Karena beliau saat melihat profil dan foto yang ada di Facebook, kata nya: "Wah pak aku pangkling, maleh lemu dan kelihatan makmur", demikian kata teman ku sekolah dulu ini. Dan setelah aku coba buka-buka profil yang di miliki oleh dia ternyata dia tidak jauh berbeda dari diriku, gemuk, putih, dan tampan, pokok nya sempurna deh, dari sudut pandang ku.

Dan pada saat itu aku juga berkata pada dia:" Bos sampean juga kelihatan sangat makmur", mendengar itu, walaupun kami sama-sama tahu kalau pujian-pujian itu sebenar nya hanyalah sebuah basa basi yang keluar dari mulut kami masing-masing. namun dari pertemuan di alam internet itu kami bisa saling belajar banyak tentang diri kami masing-masing, saling tukar informasi, dan saling ingin kerja sama walaupun hanya dalam hal yang sebenar nya tidak terlalu berarti buat orang kebanyakan, namun bagi kami ini adalah sebuah pertemuan yang sangat berharga.

Dalam kesempatan itu aku melihat kesuksesan teman ku, dan dia juga merasa bahwa aku lebih sukses dari diri nya, itulah yang aku maksud dengan istilah "wang sinawang",yaitu pandangan saling mengagumi di antara kita, wang sinawang adalah hal yang wajar di lakukan oleh setiap orang, namun sikap ini bisa berakibat positif maupun berakibat negatif. Positif kalau kita mampu menempatkan nya secara proporsional, dalam arti tidak menyebabkan kita untuk iri, srei dengan teman kita.Sikap iri srei adalah sifat tercela yang sangat di anjurkan untuk di hindari baik oleh agama maupun oleh tatanan etika jawa kita.Dalam sebuah buku Falsafah hidup Jawa: sikap seperti ini di sebut sebagai sikap Mbuntut arit, atau sumur gumuling.Yaitu sikap orang yang ingin selalu memiliki kenikmatan dan rizki yang di miliki orang lain dengan berbagai dalih yang licik (Falsafah hidup jawa/Suwardi endraswara hal.30).

Wang sinawang juga bisa menyebabkan seseorang menjadi lebih baik, karena penglihatan kita terhadap kesuksesan teman nya adalah bentuk khusnudzan yang di anjurkan oleh agama, selama prasangka baik itu menjadi motivasi agar kita bisa menjadi lebih baik, dan meningkat dalam kesuksesan. Denagn demikian akhir nya kita bisa terpacu untuk kembali semangat dalam menempuh hidup, tidak mudah putus asa dan selalu optimis. Wang sinawang juga bisa menjadi sarana untuk interospeksi diri dan tadabbur, betapa Tuhan telah memberi anugerah pada masing-masing dari kita dengan bentuk dan proporsi yang di sesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kita sebagai hamba nya. Sehingga dengan menyadari akan hal itu maka kita akan semakin yakin lagi dengan Wujud Allah SWT. Karena dalam sebuah hadits Qudsy Allah telah berfirman: "Ana 'inda zhanni 'abdi bi" (Aku-Allah- itu seperti prasangka nya hamba Ku pada Ku) Arti nya dengan selau berhusnudzan maka berarti kita juga selalu berharap Tuhan akan memberi yang terbaik pada diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar