Rabu, 23 Maret 2011

Metamorfosa Islam

Islam adalah agama yang di wahyukan oleh Tuhan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. Melalui proses historis yang panjang, selama hidup nya Nabi, wahyu selalu di berikan oleh Allah mulai dari ayat pertama yaitu: "Iqro'" sampai ayat yang terakhir yaitu ayat:"Alyauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati wa rodlitu lakumul islama dinan" (QS.Almaidah 3). Wahyu di jadikan sebagai pemandu hidup Kanjeng Nabi sesuai dengan kebutuhan hidup nya selama menjalankan tugas sebagai Rasul yang berinteraksi dengan masyarakat sekeliling nya, baik berkenaan dengan urusan peribadatan sampai urusan keduniaan ummat Islam. Dalam Ilmu tafsir ini di kenal dengan asbabunnuzul.

Setelah berabad-abad Islam mampu berekspansi ke beberapa wilayah, seperti Persia, Afrika, Eropa dan Asia. Dalam proses ekspansi nya itu Islam berinteraksi dan berpenetrasi dengan budaya, tradisi dan local wisdom yang telah mengakar kuat di dalam masyarakat setempat masing-masing, sehingga akhir nya muncullah warna keislaman yang tidak murni lagi arti nya yang bercorak kearaban sesuai wilayah lahir nya agama ini, dan bahkan pada akhir nya warna Islam di masing-masing daerah menjadi berbeda satu daerah dengan daerah yang lain.

Seperti warna Islam yang berkembang di Persia yaitu di Iran dan sekitar nya yang dominan adalah warna Islam yang Syi'ah, kemudian warna Islam yang berkembang di wilayah India maka warna nya akan dominan beraliran Ahmadiyyah, sementara warna Islam yang berkembang di Asia juga akan berwarna sesuai tradisi yang berkembang di Asia seperti corak warna Islam di Jawa yang cenderung sinkretis dengan ajaran kejawen.

Dan kalau kita mau jujur, warna keislaman di Indonesia sendiri di masing-masing daerah akan berbeda satu sama lain, seperti Islam Jawa dengan Islam yang berkembang di Sulawesi, Aceh, Sumatra.dan seterus nya.Semua nya bercorak khas sendiri-sendiri. Hal itu sangat wajar terjadi karena hidup adalah merupakan proses interaksi antara satu kelompok kepada kelompok yang lain, yang nanti nya akan menimbulkan konsekwensi logis ada nya perkawinan tradisi dari yang datang dan yang di datangi.

Justru menurut hemat kami ,hal ini justru menjadi konsekwensi dari proklamasi Islam yang mengaku sebagai ajaran yang universal, yang bisa masuk ke wilayah dan daerah lain manapun,tanpa harus hilang dasar-dasar ajaran nya, jadi akan terasa aneh dan sukar di terima apa bila Islam datang tiba-tiba dan kemudian berlaku semena-mena, mengaku benar sendiri,dan mempersalahkan tradisi lain di luar Arab. Bisa di bayangkan apabila dulu Nabi Muhammad saw. waktu mendakwahkan Islam secara sporadis, pasti Nabi tidak akan mendapatkan pengikut.

Begitu juga ketika Walisongo menyebarkan Islam di tanah Jawa, maka strategi yang dilakukan ialah dengan mengadopsi tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam, bahkan di isi dengan substansi Islamy sehingga akhir nya Islam menjadi agama mayoritas di tanah Jawa. Jadi harus di ingat bahwa Islam itu bersifat universal bukan hanya tumbuh di timur tengah tapi juga tumbuh di Qadian atau India, Persia atau Iran, Asia, Eropa, Amerika, dan Afrika. Sehingga kemampuan Islam untuk berakulturasi dan beradaptasi pada budaya lokal lah yang menjadikan Islam itu besar dan di terima sampai ke segala penjuru dunia.

Kita ambil contoh, Islam yang berkembang di Indonesia sebagaimana yang di kembangkan NU dan Muhammadiyyah, adalah Islam yang moderat (tasamuh), maka nya bisa di terima di mayoritas warga Indonesia, namun Islam yang di bawa oleh Wahabi,atau salafi karena di dakwahkan dengan semangat puritan maka nya susah berkembang.

Kemudian untuk bisa memahami kenapa ada Ahmadiyyah yang memiliki faham tersendiri maka dari sisi ini, kita bisa memulai nya, anggaplah Ahmadiyyah itu seperti NU, maka kita akan bisa mengerti kenapa faham nya tidak murni seperti yang di standarkan oleh Mayoritas Islam yang menggunakan kiblat gaya Islam timur tengah. Menurut mereka kalau yang di anggap "salah" adalah pengakuan akan "kenabian" Mirza Ghulam Ahmad, maka menurut mereka kenabian MGA itu bukan seperti kenabian Muhammad, Isa, Musa ,Ibrahim dan lain nya. Kalau kenabian Nabi muhammad adalah Nabi Mustaqil maka kenabian nya MGA adalah Nabi ummaty. artinya manusia biasa yang hanya mendapatkan ilham, seperti kalau di NU ialah Ulama' yang di walikan, sehingga segala ucapan nya di anggap sebagai kebenaran yang harus di dengarkan. Kalau kita warga NU atau pesantren maka akan bisa memahami ini, bagaimana posisi Kiai di hadapan santri nya.(Zuhairi Misrawi).

Oleh sebab itu harus ada dialog yang bisa membuka wacana di antara kita, dan akhir nya kita tidak di liputi oleh kesalahpahaman (su'udzon) antar kita, apalagi kalau sudah mendengar provokasi dari para Muballig  yang saya yakin pengetahuan dan informasi nya tentang Ahmadiyyah juga minim,dan miring sehingga yang keluar dari dakwah nya adalah provokasi dan agitasi.

Semoga damai di bumi ini. amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar