Sabtu, 04 Juni 2011

Mengetuk Pintu Cinta Kasih Dari Langit

Setiap anak manusia sejak terlahir di dunia, sudah terbimbing dengan cinta kasih, bahkan proses menuju terciptanyapun di awali dengan cinta kasih dari kedua orang tua nya.Berawal dari cinta kasih yang di padukan oleh kedua orang tua kita lah kita bisa terlahir di dunia. begitu juga sejak dalam kandungan kita sudah di boyong kesana kemari oleh ibunda kita ke sana kemari penuh rasa cinta,hal ini tersirat dari nama tempat kita yang ada di dalam tubuh ibu kita adalah "rahim" yang memiliki makan arti cinta kasih juga, selanjut nya saat kita terlahir dari rahim ibu ke dunia fana ini, maka pertaruhan nyawa dari ibunda itu juga di iringi rasa cinta, selanjut nya dalam membimbing dan membesarkan kita, maka kita selalu di beri asupan asi cinta sang bunda.

Dari sejak dalam kandungan, di lahirkan,di besarkan, dan masuk fase dewasa sampai tutup usia, manusia sebenar nya selalu di bekali bagaimana mencinta kasih terhadap sesama.Baik cinta yang di sertai nafsu pada lawan jenis, cinta yang di sertai ta'zhim pada orang tua, guru dan para pengasuh kita, dan cinta yang di sertai kesenangan pada barang dan segala hobi kita, semua nya bermuara pada cinta kasih pada Sang Maha Pencinta dan Sang Maha Pengasih pada makhluq nya.Mata rantai cinta yang kita jalin pada siapa dan apapun hakekat nya bertali temali dan bersambung sinambung dari kita, orang di sekeliling kita, orang di sekitar kita, sampai pada Manusia suci yang menjadi contoh para Pencinta Nabi kita Muhammad saw. dan yang terakhir bermuara pada samudra cinta yang di miliki oleh Yang Maha Pencinta.

Betapa luas samudra cinta yang di miliki oleh Allah, rasa nya tidak akan bertepi, namun untuk mengunduh nya agar tercurahkan kepada kita, maka hanya ada satu cara, yaitu menaburkan benih cinta kasih di antara sesama, sebagaimana sabda Nabi Agung Muhammad saw. :"Irhamu man fil ardli yarhamkum man fi assama' " (Cinta kasihlah pada yang siapa saja yang ada di bumi, maka pasti mencinta kasih pada kalian Dzat yang ada di langit).  Cinta kasih nya penduduk langit akan tercurahkan pada kita penduduk bumi apa bila kita saling berbagi cinta dan berbagi kasih. Cinta kasih yang di tebarkan yang tanpa pandang bulu, ras, suku, warna kulit, dan bangsa. Cinta kasih yang akan kita unduh adalah cinta kasih yang tak berbatas dan bertepi, maka virus cinta kasih yang kita tebarkan pun juga harus tak bertepi.

Jadikanlah seluruh cinta kasih kita sebagai sarana untuk menuju cinta kasih yang sejati pada Yang Maha mencintai, selama dalam hati kita masih ada kebencian pada sesama makhluq hidup maka jangan harap di limpahi cinta kasih Nya. Begitu juga perbuatan kita, marilah kita rangkai menjadi sebuah rangkaian indah perbuatan yang menciptakan sebuah harmoni hidup, karena kasih sayang adalah sebagai manifestasi dari Iman, dari sekian banyak cabang iman, semua nya berimplikasikan pada terwujud nya kasih cinta di antara umat manusia. Bahkan Rasul pun menklaim bahwa menyingkirkan duri penghalang dari jalanan itu adalah adl'aful iman (selemah-lemah nya iman). Perbuatan menyingkirkan duri dari jalanan yang kita lakukan itu tidak akan terwujud apa bila di dalam hati kita tidak di gerakkan oleh rasa cinta kasih pada sesama yang kita tidak akan rela bila tertusuk duri jalanan. Rasa cinta kasih itu juga tidak akan tergerak bila dalam hati kita tidak ada iman.

Dalam akhir tulisan singkat ini akan kami tutup dengan sebuah ungkapan indah dari pemilik RUMAH CINTA (KH.Amin Budi harjono) dalam sebuah form pengajian di ndalem KH.Arifin Junaidi (ARJUNA) Pada hari Jumat (2-Juni-2011) sebagai berikut:"Kalau dalam dadamu hanya ada rasa ingin melayani maka itulah sebenar-benar nya cinta, namun kalau dalam dadamu yang  ada adalah  rasa ingin di layani, maka itu bukan lah cinta namun penguasa"  Pencinta sejati adalah yang siap melayani, bukan di layani, maka dendangkanlah lagu cinta dengan rasa, dan kesiap siagaan untuk menghamba pada yang Maha Pencinta. 

"Ya Tawwab tub 'alaina      #    Ya Tawwab tub 'alaina
Warhamna wanzhur ilaina  #   Warhamna wanzhur ilaina

Mencintai Keluarga Nabi Tak Berarti Syi'ah

Suatu saat ketika saya sowan ke ndalem Habib Muhdlor Assegaf -rohimahullah-  dan saat di persilahkan untuk masuk ke ruang tamu ,saya mencium tangan beliau, tidak lupa saya mempratekkan sebuah cara mencium tangan yang di ajarkan oleh Guru saya KHM.Nazhif Zuhri Girikusumo -rahimahullah-  yaitu dengan cara mencium bagian luar dan dalam telapak tangan beliau. Ini saya lakukan sebagai bentuk ta'zhim dan tabarrukan kepada dzurriyyah Kanjeng Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam. Melihat kejadian itu ada seorang teman protes pada apa yang saya lakukan tadi, karena menurut nya  apa yang saya lakukan  di anggap terlalu berlebihan dalam bersikap dan terlalu mundhuk-mundhuk dengan sesama manusia. Namun saat di tegur oleh teman saya ini aku hanya tersenyum simpul.Bagi saya tawadlu' itu tidak pernah ada istilah berlebihan nya.

Ada lagi teman yang mengklaim sikap tawadlu' saya terhadap Keturunan Kanjeng Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagai prilaku pengikut Syi'ah, saat di ingatkan begitu, aku makin tidak perduli, mau di bilang keterlaluan, atau mau di cap sebagai Syi'ah, bagi saya hormat pada sesama manusia, apa lagi pada orang yang shaleh,kiai, dan orang alim  terlebih pada dzurriyyah Nabi adalah perbuatan baik, bukankah Tuhan sendiri telah memerintahkan agar kita berandap asor kepada sesasma manusia. Begitu pikir saya.

Dalam hal mencintai dan menghormati keluarga Nabi, ada sebuah syair yang di tulis oleh Mufassir besar Azzamakhsyari tentang hal ini, dan patut untuk di kutip dalam tulisan ini:
Katsura syakku wal ikhtilafu # Yadda'i annahu asshiratu ssawiyyu
Fa tamassaktu bi lailaha illallahu # Wa hubbi li Ahmada wa Ali
Faza kalbun bi hubbiAshabilkahfi # Fa kaifa asyqa bi hubbi alinnabi

(Banyak sekali keraguan dan pertentangan #Masing-masing merasa di jalan yang benar
Aku berpegang pada kalimat Lailaha illa Allah # Dan kecintaan ku kepada Ahmad dan Ali
Berbahagia anjing karena mencintai ashabulkahfi # Bagaimana mungkin aku celaka karena mencintai Keluarga Nabi)

Di samping itu kalau kita mau melihat berbagai kitab peninggalan para Muallif (penulis) terdahulu, ternyata dari kalangan Sunni juga banyak yang menulis tentang keutamaan mencintai keluarga Nabi, misal nya Annasa'i, suatu saat Annasa'i membawa kitab tebal ke Damaskus yang menceritakan tentang keutamaan Imam Ali, Kitab itu judul nya "Al khasha'is". Ketika orang -orang ribut dan bertanya kepada beliau:"Kenapa tidak menyusun sebuah buku tentang keutamaan Abu bakan dan Umar?" lalu di ceritakan, kata Annnasa'i :"Aku masuk ke Damaskus, dan aku temukan banyak orang yang menyimpang dan membenci Imam Ali, untuk itulah aku terbitkan buku ini".

Begitu juga Alhakim annaisyaburi seorang ulama ahli hadits, beliau banyak meriwayatkan hadits  yang di tinggalkan oleh Bukhari, padahal hadits itu telah memenuhi kriteria sanad dan matan yang telah di standarkan oleh Bukhari,namun tidak di masukkan dalam kitab Shahih nya (Shahih Bukhari). Hadits- hadits ini di kumpulkan oleh Alhakim dalam kitab nya yang dia beri nama:"Mustadrak shahihain" (pelengkap untuk Bukhari Muslim).Diantara hadits-hadits yang di tulis di sini ialah yang berisi tentang keutamaan Ahlulbait, Namun ketika Alhakim menulis Hadits-hadits ini beliau di curigai juga sebagai Syi'ah. Pada hal apa yang telah beliau lakukan justru malah melengkapi warisan Nabi yang tidak di muat oleh Bukhari Muslim dalm kitab nya.

Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk tidak menghormati dan mencintai Keluarga kanjeng Nabi, semoga cinta kita kepada mereka menjadi wasilah cinta kita kepada Kanjeng Nabi shallahu 'alaihi wasallam. amin.

Rejeban Dan Ruwahan (Tradisi Islam Nusantara)

Memasuki bulan Rajab dan Sya'ban dalam tahun Hijriyyah, di dalam tradisi Muslimin Nusantara ada banyak sekali cara untuk menyemarakkan (syiar) nya.Dari cara yang bersifat praktek ritual seperti Selametan tolak balak, puasa sunnah, dan berbagai ritual keagamaan yang menjadi ciri khas bulan Rajab dan Sya'ban. Ada juga berbagai cara yang di lakukan oleh umat Islam Nusantara untuk menyemarakkan syiar bulan Rajab dan Sya'ban tapi tidak bersifat ritual keagaan, hanya bersifat tradisi yang di adopsi dari kearifan lokal dan kemudia di adopsi oleh tokoh Islam setempat untuk menjadi bagian yang tak terpisahkan dari "Adat istiadat" umat Islam setempat.

Sebagai contoh di daerah Jepara, untuk meyemarakkan malam Baro'atan (Beratan) di daerah sekitar Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan Pecangaan, ada tradisi unik yaitu membuat lampion dan berbagai kreasi mobil-mobilan yang terbuat dari kerangka bambu dan di lapisi kertas minyak transparan, agar bisa tembus cahaya saat di nyalakan lilin di dalam nya di malam hari, kemudian anak-anak kecil dan muda- mudi pawai keliling kampung untuk ikut memeriahkan malam beratan ini, seru dan menyenangkan. Ada juga contoh di daerah Tegalsambi masih di Kabupaten Jepara, juga ada acara adat berupa obong-obongan, kegiatan ini menjadi tradisi turun temurun yang menandai syiar nya bulan Ruwah.

Meskipun akhir-akhir ini sebagian dari kalangan Muslim puritan sedang getol melabeli berbagai kegiatan Khas Muslimin Nusantara dengan label "sesat" ,"Bid'ah" dan "Tidak islami", terlepas dari apakah semua cara yang di lakukan oleh kalangan Muslimin tradisional itu islami atau tidak?, namun bagi kami ada hal penting yang bisa kita garis bawahi untuk kita jadikan sebagai tauladan di saat ini, yaitu kemampuan beradaptasi dengan tradisi lokal masing-masing yang di lakukan oleh para tokoh agama di saat itu, perlawanan terhadap kearifan lokal adalah bentuk perlawanan yang justru akan menimbulkan penolakan kepada ajaran Islam dari masyarakat lokal itu, hal ini di sadari betul oleh para pendahulu kita. Kemudian di berbagai pesantren yang melaksanakan kegiatan tashawwuf juga ada kegiatan puasa sepuluh hari yang di laksanakan oleh para jamaah nya di sepuluh hari pertama di bulan Rajab, seperti di Pesantren Girikusumo, dll.

Memang aneka kegiatan tradisional yang di lakukan di bulan Rajab dan Sya'ban ini kalau di lihat secara sepintas tidak ada contoh konkret nya dari Kanjeng Nabi Muhammad saw. Namun justru di sinilah letak istimewa nya para kiai dulu.Mereka berani berijtihad untuk menjaga harmonisasi dengan tradisi lokal karena menurut mereka toh itu semua tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Justru hal ini malah menjadi jalan masuk untuk bisa di terima sebagai bagian tak terpisahkan dari komunitas lokal yang ada.Sehingga kemenyatuan semacam ini menjadi ruh bagi hidup nya Islam di tengah-tengah masyarakat yang ada.

Jadi usaha untuk mencerabut ajaran Islam dari tradisi lokal sama hal nya dengan usaha untuk mengasingkan Islam dari pemeluk nya, oleh sebab itu cara-cara yang seperti ini justru malah akan menjadikan Islam di jauhi dan di takuti oleh pemeluk nya sendiri. Sekalipun itu di niatkan sebagai usaha untuk memberangus bid'ah dan praktek keagamaan yang di cap sesat.Yang juga belum tentu cara semacam  itu juga benar.