Sabtu, 04 Juni 2011

Mencintai Keluarga Nabi Tak Berarti Syi'ah

Suatu saat ketika saya sowan ke ndalem Habib Muhdlor Assegaf -rohimahullah-  dan saat di persilahkan untuk masuk ke ruang tamu ,saya mencium tangan beliau, tidak lupa saya mempratekkan sebuah cara mencium tangan yang di ajarkan oleh Guru saya KHM.Nazhif Zuhri Girikusumo -rahimahullah-  yaitu dengan cara mencium bagian luar dan dalam telapak tangan beliau. Ini saya lakukan sebagai bentuk ta'zhim dan tabarrukan kepada dzurriyyah Kanjeng Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam. Melihat kejadian itu ada seorang teman protes pada apa yang saya lakukan tadi, karena menurut nya  apa yang saya lakukan  di anggap terlalu berlebihan dalam bersikap dan terlalu mundhuk-mundhuk dengan sesama manusia. Namun saat di tegur oleh teman saya ini aku hanya tersenyum simpul.Bagi saya tawadlu' itu tidak pernah ada istilah berlebihan nya.

Ada lagi teman yang mengklaim sikap tawadlu' saya terhadap Keturunan Kanjeng Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagai prilaku pengikut Syi'ah, saat di ingatkan begitu, aku makin tidak perduli, mau di bilang keterlaluan, atau mau di cap sebagai Syi'ah, bagi saya hormat pada sesama manusia, apa lagi pada orang yang shaleh,kiai, dan orang alim  terlebih pada dzurriyyah Nabi adalah perbuatan baik, bukankah Tuhan sendiri telah memerintahkan agar kita berandap asor kepada sesasma manusia. Begitu pikir saya.

Dalam hal mencintai dan menghormati keluarga Nabi, ada sebuah syair yang di tulis oleh Mufassir besar Azzamakhsyari tentang hal ini, dan patut untuk di kutip dalam tulisan ini:
Katsura syakku wal ikhtilafu # Yadda'i annahu asshiratu ssawiyyu
Fa tamassaktu bi lailaha illallahu # Wa hubbi li Ahmada wa Ali
Faza kalbun bi hubbiAshabilkahfi # Fa kaifa asyqa bi hubbi alinnabi

(Banyak sekali keraguan dan pertentangan #Masing-masing merasa di jalan yang benar
Aku berpegang pada kalimat Lailaha illa Allah # Dan kecintaan ku kepada Ahmad dan Ali
Berbahagia anjing karena mencintai ashabulkahfi # Bagaimana mungkin aku celaka karena mencintai Keluarga Nabi)

Di samping itu kalau kita mau melihat berbagai kitab peninggalan para Muallif (penulis) terdahulu, ternyata dari kalangan Sunni juga banyak yang menulis tentang keutamaan mencintai keluarga Nabi, misal nya Annasa'i, suatu saat Annasa'i membawa kitab tebal ke Damaskus yang menceritakan tentang keutamaan Imam Ali, Kitab itu judul nya "Al khasha'is". Ketika orang -orang ribut dan bertanya kepada beliau:"Kenapa tidak menyusun sebuah buku tentang keutamaan Abu bakan dan Umar?" lalu di ceritakan, kata Annnasa'i :"Aku masuk ke Damaskus, dan aku temukan banyak orang yang menyimpang dan membenci Imam Ali, untuk itulah aku terbitkan buku ini".

Begitu juga Alhakim annaisyaburi seorang ulama ahli hadits, beliau banyak meriwayatkan hadits  yang di tinggalkan oleh Bukhari, padahal hadits itu telah memenuhi kriteria sanad dan matan yang telah di standarkan oleh Bukhari,namun tidak di masukkan dalam kitab Shahih nya (Shahih Bukhari). Hadits- hadits ini di kumpulkan oleh Alhakim dalam kitab nya yang dia beri nama:"Mustadrak shahihain" (pelengkap untuk Bukhari Muslim).Diantara hadits-hadits yang di tulis di sini ialah yang berisi tentang keutamaan Ahlulbait, Namun ketika Alhakim menulis Hadits-hadits ini beliau di curigai juga sebagai Syi'ah. Pada hal apa yang telah beliau lakukan justru malah melengkapi warisan Nabi yang tidak di muat oleh Bukhari Muslim dalm kitab nya.

Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk tidak menghormati dan mencintai Keluarga kanjeng Nabi, semoga cinta kita kepada mereka menjadi wasilah cinta kita kepada Kanjeng Nabi shallahu 'alaihi wasallam. amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar