Minggu, 10 April 2011

Cedhak Tanpo Senggolan Adoh Tanpo Wangean (Deskripsi Tuhan Menurut Orang Jawa)

Ungkapan yang menjadi judul di atas memang kurang familiar di telinga kita, Tuhan atau yang biasa di ucapkan oleh orang Jawa sebagai Gusti Alloh atau Gusti Pengeran, di deskripsikan oleh orang Jawa sebagai Dzat yang "Cedhak tanpo senggolan adoh tanpo wangean", maksud nya ialah bahwa eksistensi Tuhan itu sangat dekat dengan manusia tapi tidak dapat di sentuh,dan jauh tetapi tidak ada jarak dengan manusia.

Tuhan berada di dalam diri manusia dan alam semesta,menurut orang Jawa Tuhan dan manusia itu manunggal yang di kenal dengan doktrin "Manunggaling kawulo Gusti".Itulah sebab nya salah satu faham kejawen di tanah jawa (Bratakesawa) berpendapat bahwa :"Wa man 'arofa nafsahu faqod 'arofa Rabbahu" artinya :Barang siapa yang mengenal kesejatian diri nya maka dia telah mengenal kesejatian Tuhan nya.

Manunggaling kawulo Gusti juga menjadi konsep ketuhanan orang Jawa yang sangat terkenal, konsep ini bertujuan untuk mengajarkan manusia agar tahu tentang hakekat hidup yaitu "Sangkan paraneng dumadi"  dalam hal ini manusia di tuntut untuk tahu asal dan tujuan hidup nya di dunia ini agar jalan hidup nya tidak tersesat di jagad gedhe ini, untuk itu dalam menjalani hidup manusia agar selalu merasa manunggal dengan Gusti dengan cara selalu mengikuti segala petunjuk Nya dan menjauhi larangan Nya. karena memang hidup ini dalam panduandan pengawasan Nya.

Setelah manusia bisa menjalani hidup nya dengan manunggaling kawulo Gusti  secara baik maka selanjut nya manusia  akan memasuki fase "Jumbuheng kawulo Gusti".  fase ini dapat di jalani oleh manusia apabila dia bisa membekali diri nya dengan ngelmu roso. Ngelmu roso memuat tiga hal kerelaan diri yang harus di jalani oleh seseorang yaitu: Rela terhadap takdir hidup apapun itu,Rela terhadap dzikir dalam hening, Dan Rela terhadap anasir.

Maksud nya ialah dalam hidup seseorang hendak nya ikhlas terhadap takdir dari awal sampai akhir dalam permohonan nya.Dalam berdzikir hendak nya juga harus benar-benar dalam kondisi hening agar hati nya benar-benar menyatu dengan sang Kholiq sehingga menjadi kawulo yang "Jumbuh" dalam konsep Jumbuhing kawulo Gusti.Sedangkan rela terhadap anasir ialah bentuk kerelaan dan kepercayaan pada asal usul kehidupan yaitu Tuhan yang menjadi hakekat sangkan paraning dumadi.

Setelah melalui fase di atas kemudian manuisa bisa menuju pada fase yang lebih tinggi yaitu Pamoreng kawulo Gusti, arti nya bahwa hidup nya sudah di sinari oleh nur atau cahaya ilahiyyah karena dia sudah menjadi manusia yang bersih hati , badan , tindak tanduk  dan ucapan nya. Manusia yang sudah bisa mengendalikan diri nya atau dalam istilah jawa mati rogo arti nya raga kasar nya seakan sudah mati walaupun nyawa nya masih terhembus, karena tidak lagi di kendalikan oleh nafsu namun di kendalikan oleh cahaya ilahiyyah .Sehingga segala tindakan nya mencerminkan sifat, apengal (af'al), dan asma Tuhan yang serba terpuji, seperti pengasih, penyayang, atau welas asih pada sesama.

7 komentar:

  1. hebat... memang orang jawa lebih adiluhung dripada yang lain

    BalasHapus
  2. Mantap..langsung menuju sasaran

    BalasHapus
  3. Lebih dekat dg urat nadi & lebih dekat lagi dg sandal jepit....lalu bagaimana? Mau tau? tau aja atau tau banget?

    BalasHapus
  4. Dalam banget ajaran dari nenek moyang kita, dan jaman sekarang banyak yang tidak tahu

    BalasHapus
  5. Apakah filosofi Jawa itu apa asli Jawa ? atau bukan diambil dari Islam ? mana lebih dulu dengan kelahiran Rasulullah Saw ? Apakah filosofi itu ada sebelum kedatangan Islam di tanah Jawa ?

    BalasHapus