Bukan hanya warga non muslim yang akan merasa takut, serem dan berburuk sangka, kita juga akan merasa seperti itu, ketika melihat sekelompok orang yang bercelana congklang, berjenggot panjang, berjidat hitam dan akan terlintas di hati kita,"Jangan-jangan ini teroris?..". Memang agak nakal pikiran seperti ini. Aku juga terkadang tidak ingin memiliki pikiran buruk dan prasangka jahat seperti ini, namun lagi-lagi simbol-simbol seperti itu sudah terlanjur di reduksi (oleh mereka) menjadi simbol para teroris, di banding sebagai simbol para penggiat sunnah Nabi.
Ada banyak orang yang memang bukan bagian dari para teroris yang berhaluan keras dan ekstrim, mereka hanyalah orang-orang yang tetap ingin nguri-nguri Sunnah Nabi dengan melakukan hal-hal yang seperti di sebut di atas, namun malah kadang-kadang mereka di salah pahami dan di anggap sebagai bagian dari mereka, terkadang mereka di pandang dengan pandangan kecurigaan. Dan akhir nya meninggalkan aneka macam Sunnah ini dari pada di curigai. Jadilah ulah para pelaku teroris ini menjadi penyebab orang meninggalkan sunnah Nabi.
Terkadang aku juga merasa tidak habis fikir, kenapa mereka sebegitu sempit nya memahami ajaran agama, hanya sebatas simbol-simbol semata, kata "Islami" di reduksi sebagai kata yang hanya mengandung arti hal-hal yang kearab-araban. Atau di maknai sebagai kata yang dikotomis dengan kata "Non Islami",setiap yang tidak Islami adalah "Kafir", setiap yang kafir adalah musuh Allah, dan setiap musuh Allah halal di bantai.Apapun hal yang datang dari barat adalah non islami, seperti Demokrasi, HAM, dll. Bahkan ada hal-hal yang sudah jelas-jelas menjadi tradisi Islam di negeri ini di mata mereka menjadi tidak Islami, seperti Tahlil, Maulidan, dll, sehingga ada beberapa gerakan yang menamakan diri seperti GAM (gerakan anti maulid) GAT (gerakan anti tahlilan) dan GAB (gerakan anti barzanzi).
Oleh sebab itu, jangan sampai kelompok-kelompok yang seperti ini menemukan momentum untuk melebarkan faham dan ajaran nya di masyarakat kita, dengan mengesankan "kegagalan" nya pemerintahan di Indonesia ini, yang di mata mereka belum Islami. karena tidak memakai hukum Allah. Sebagai mana semboyan mereka "La hukma illa lillah" (Tiada hukum kecuali milik Allah). Semakin di rasakan gagal pemerintahan di mata masyarakat, maka peluang mereka untuk menancapkan ideologi nya di tengah-tengah masyarakat kita, dengan mengiming-imingi sebuah alternatif terbentuk nya pemerintahan yang Islami dengan bentuk "Khilafah Islamiyyah".
Kami bukan alergi "Khilafah" namun kalau khilafah yang model seperti mereka, yaitu suka melakukan kekerasan, teror, dan kriminalitas yang berbungkus jihad, maka hal ini perlu di pikir ulang beribu kali.Karena bagi kami, akan lebih mudah untuk merangkul masyarakat yang berwatak ketimuran dengan sikap yang welas asih, dan sudah di buktikan oleh para leluhur kita dahulu seperti Wali songo, dan para kiai di Tanah Nusantara. Hal ini bukan tanpa alasan, karena menurut kami, Allah sendiripun lebih suka mendahulukan sifat "Welas" (Rahman) "Asih" (Rahim) di pembukaan Surat Kitab suci Nya, di banding Asma Allah yang lain yang mencerminkan ke Maha kejaman Nya (Syadidul 'Iqab). Dalam Iftitah Nya Allah bertitah dengan : Bismillahirrahmanirrahim.Bukan dengan kata: "Bismillahi Syadidil Iqab" misal nya.
Kalau Tuhan yang Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Pemaksa dll saja, lebih suka mendahulukan ke- Maha Welas Asih-an Nya, dibanding ke-Maha Kuasa-an Nya, kenapa kita makhluq yang serba kekurangan menjadi adigang, adigung adiguno. Rasa nya sangat tidak pantas sikap takabbur ini kita lakukan, baik di hadapan para non muslim, apalagi sesama Muslim sendiri. Baik di hadapan para ahli ibadah maupun di hadapan para pendosa. Sikap merendah diri menjadi satu-satu nya sikap yang sangat di anjurkan oleh Allah dalam kitab suci Nya, maupun yang di contohkan oleh Kanjeng Nabi, dan para Sahabat nya. Maka mutlak bagi kita yang mengaku muslim untuk berwelas asih........
Setuju Mas
BalasHapusBagus sekali
BalasHapus