Minggu, 10 April 2011

Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

"Jane mau nya apa sih anggota DPR itu?" tanya kang Kuri mengawali jagongan di warung kopi lek Roh saat menonton acara berita di TV yang menayangkan berita pembangunan gedung DPR yang baru ,yang akan di bangun di komplek DPR,bersama geng nya yang terdiri dari Kang Saman, Kang Kaji dan dua anak muda yang aku belum kenal nama nya. Mendengar pancingan dari Kang Kuri, maka lek Roh berseloroh: "Wis tidak usah melok-melok urusan wong elit to kang".  Demikian dia mengingatkan pelanggan setia nya ini.

"Memang, sekarang mereka sudah pada mbudhek, karo micek" kata kang Saman, pria yang di kenal sebagai preman pasar ini ,agak marah, karena dia merasa sejahat-jahat nya dia sebagai preman pasar, dia masih punya rasa iba sama pedagang sepuh yang di pasar, dan dia tidak mau memeras nya. Di dalam hati nya masih ada sedikit tempat  untuk  welas asih. Bukan seperti anggota DPR yang tetap berlalu seperti kafilah walaupun banyak anjing yang menggonggongi mereka.

Mendapat respon dari Kang Saman yang terkesan mendukung nya, maka kang Kuri melanjutkan jagongan nya yang semakin seru. "Sebenar nya sih mau mbangun   gedung kayak apapun kalau tugas mereka sudah paripurna, kita juga tidak akan protes koq asal rakyat sudah sejahtera, intine kalo rakyat kenyang, ndak masalah to?", Kata Kang Kuri , "Betul Kang, lha ini rakyat saja masih susah koq arep macem-macem.Sebenar nya rakyat khan tidak goblok-goblok amet sih, seperti yang mereka kira". Demikian timpal nya lek Roh.  "Mungkin kritikan para pengamat dan rakyat di anggap seperti gonggongan anjing, yo lek?" Tanya Kang Kuri ke pemilik warung. "Dan mereka merasa menjadi "kafilah" yang sok mulia, sehingga teriakan rakyat di anggap sebagai teriakan binatang yang winodho" Lanjut Kang Kuri.

Mendengar tema jagongan yang sedang aktual dan semakin seru ini,maka Kang Kaji jadi tertarik untuk nimbrung, pada hal tadi nya dia hanya asyik dengan mengupas kacang godhok yang di sajikan di depan nya, diam-diam dia menyimak dengan seksama obrolan teman-teman nya. "Tapi tidak semua anjing itu winodho loh !!" Timpal nya. Mungkin maksud dia adalah anjing nya Ashabul kahfi.  Yang berhasil masuk surga dengan mereka dan mendapat tempat terhormat di sisi Nya. "Bahkan aku akan merasa bangga menjadi "anjing" yang selalu berteriak saat ada orang yang mau maling" Jelas nya lagi. "Ya bener Ji, dari pada jadi Kafilah yang suka nya merampok" kata kang Saman, meneruskan kata dari Kang Kaji.

Demikian, sepenggal cerita di warung kopi pinggir jalan,itulah Logika kaum pinggiran dan rakyat kecil, mereka sudah semakin pintar dan bisa melihat hakekat dan isi di banding hanya melihat cover luar yang tampak sekilas saja. Mendengar logika yang sekilas tampak sederhana ini, namun sangat ilmiah aku jadi tertegun dan bicara dalam hati "Ternyata rakyat sudah pada pinter". Dalam istilah Ushul fiqh nya  logika seperti ini bisa di kategorikan dan di sebut "Mafhum mukholafah". -mungkin agak gegabah- Yaitu pemahaman kebalikan dari yang di maksudkan oleh pepatah tersebut yang sebenar nya. Karena pada dasar nya pepatah ini di tamsilkan untuk para pelaku kebaikan yang di umpamakan seperti Kafilah, walaupun banyak orang yang mencela kebaikan nya seperti gonggongan anjing namun dia harus tetap berjalan tanpa harus memperdulikan dan hiraukan. Jadi pepatah ini menjadi "tidak tepat" apa bila di jadikan motto oleh para anggota DPR. Karena misi dan kelakuan mereka sudah jauh dari yang semesti nya.

 Bagi Lembaga yang mengaku menjadi wakil rakyat ini,  dimana laku dan adat mereka bukanlah laku para "kafilah" yang harus nya baik dan terpuji, tapi laku mereka adalah laku yang tercela, dan merugikan rakyat. Maka nya Kang Kaji  dalam jagongan nya tadi  merasa akan lebih "terhormat" bila di anggap sebagai anjing, namun bersuarakan yang haq, dan selalu mengingatkan kebaikan dan kesabaran seperti anjuran Tuhan dalam Surat Al- ashr (Wa tawashau bilhaqqi wa tawashau bisshabr), di banding menjadi kelompok kafilah yang hanya bisa membodohi rakyat nya, merugikan rakyat nya dan memperkaya diri sendiri serta mementingkan golongan sendiri. "Jauh, jauh lebih mulia anjing menggonggong"  simpul Kang Kaji, sebelum berlalu ke Musholla karena sudah terdengar suara adzan ashar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar