Minggu, 10 April 2011

Cerita Indah Di Balik Kedatangan Letto Di Karangrandu


 
Kedatangan grup band Letto ke desa Karangrandu adalah sebuah prestasi yang pantas untuk diapresiasi. Selain gegap gempita yang tercipta, proses kedatangan Letto ke desa kecil ini juga diwarnai banyak sekali cerita indah, menarik dan lucu.

Grup band Letto adalah grup band kaliber ibukota, oleh karena itulah banyak sekali masayarakat yang tidak percaya dengan rencana kedatangan Letto ke Karangrandu. Saking tidak percayanya, baliho yang dipasang dipinggir jalan sampai-sampai tidak dilirik, apalagi dibaca. Kalaupun ada yang membaca, mereka akan berpikir ini hanya sebuah lelucon atau pancingan saja.

Kaos acara yang biasanya sangat laris manis, menjadi barang obralan karena masyarakat dan kawula muda telanjur under estimate dengan rencana kedatangan Letto ini. Hal ini sangat lumrah, mengingat bahwa artis sekaliber ibukota harusnya yang menghandle adalah kabupaten, bukan desa kecil bernama Karangrandu.
Tidak hanya masyarakat umum yang merasa sangsi dengan rencana kedatangan band yang lagu-lagunya sarat akan makna ini. Bahkan team panitia yang sudah dibentuk pun merasa minder.

Padahal mereka adalah orang-orang pilihan yang sudah terbiasa menghandle acara, ya walaupun baru tingkat desa. Konsep setiap hari berubah. Sampai-sampai H-20 konsep matang belum jadi. Persiapan selama 6 Bulan menjelang hari H penuh dengan kebingungan, kegelisahan, deg-degan, bahagia, bangga tapi tetap optimis.

Persiapan menjelang kedatangan Letto sebenarnya dikawal oleh team dari management Letto. Team Management menunjuk 2 orang untuk mengawal dan membantu persiapan panitia. Mereka adalah para profesional di bidang yang berbeda. Adalah Mas Agus Ampuh Wibowo, beliau profesional dalam bidang konsep acara, kemudian Mas Yudhistira Prakasa yang ahli dalam bidang teknis acara.

Disamping mereka, adalah mas Affandi (aktivis lembaga di kabupaten Kudus), Mas Muzid (dosen Universitas Muria Kudus) mas Koko dan mas Aldi (aktivis sosial dari Jogja) yang dengan sukarela bersama-sama panitia membingkai paseduluran indah di Karangrandu. Merekalah yang mengawal dari awal hingga purna acara. Sampai-sampai mereka harus rela pulang pergi Jogja – Karangrandu. Perjuangan yang takkan pernah sia-sia mas.

Rangkaian acara yang bertujuan untuk menumbuhkan kebanggaan menjadi petani ini juga sangat tidak bisa diprekdisikan. Karena kami harus berwas-was dengan cuaca yang tidak menentu, lapangan yang sangat becek, dan konsep yang sewaktu-waktu bisa berubah. Bahkan rencana menyewa pawang hujan menjadi terabaikan.

Tiga hari menjelang puncak acara kami diberkahi dengan turunnya hujan yang rata-rata lumayan lebat. Indahnya adalah hujan turun sebelum acara dimulai, ketika acra berlangsung, hujan sudah mulai reda. Begitupula, terkadang hujan turun sesudah acara selesai. Benar-benar syukur tiada terkira, walaupun kami baru menyadarinya. Puncak acara benar-benar kami nikamati di tengah lumpur becek.

Salah satu yang tak bisa terlupakan adalah obor-obor, sebuah budaya lama untuk nyiwer (mendoakan desa) di modifikasi sedemikian rupa. Anak-anak kecil mengelilingi desa dengan obor di tangan seraya mengumandangkan sholawat Nabi. Dan lagi-lagi hal yang patut di syukuri adalah listrik padam sebelum acara dan hidup setelah acara selesai. Subhanallah, acara obor-obor dengan suasana listrik padam sungguh menambah suasana hikmat mendoakan desa.

Ditengah perasaan haru, kami dikagetkan dengan penampilan band Letto yang mengenakan sarung di atas panggung. Mereka berani berbecek- becek melintasi lapangan yang penuh lumpur, mereka tidak mengeluh, mereka menikmati dan berharap Karangrandu adalah sedulur barunya. Benar-benar mereka memang tak pernah biasa.

Rangkaian acara panjang, lelah, letih, bahagia, haru, banyak sekali perasaan bercampur aduk. Banyak cerita tercipta. Namun yang perlu diketahui adalah sosok penting yang menjadi awal bagaimana bisa Letto datang ke Karangrandu. Dialah Akhis Jauhari, Jika melihat penampilannya takkan ada yang percaya kalau beliaulah orang penting dibalik acara ini. Kalau bukan karena kenekatannya mustahil acara ini dapat terwujud. Terimakasih Tuhanku, Engkau telah mempertemukan kami dengan sedulur-sedulur yang tak pernah biasa. (Oleh: Kafi Kita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar