Syahdan datanglah seorang lelaki yang berpakaian serba sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak di ketahui dari mana datang nya, tiba-tiba sudah ada di hadapan Kanjeng Nabi Muhammad saw.Pada saat itu kebetulan para sahabat juga sedang duduk menyertai Nabi dalam pertemuan itu. Lelaki itu kemudian menyandarkan dua lutut nya di kedua lutut Nabi, kemudian meletakkan kedua telapak tangan nya di atas paha nya.Lalu bertanya kepada Nabi tentang apa itu Iman, apa itu Islam dan apa itu Ihsan. Satu persatu di jelaskan secara rinci apa itu iman, islam dan ihsan.
Dalam tulisan ini, kami ingin menitik beratkan pada pembahasan Ihsan, dalam hadits ini Pria misterius yang akhir nya di jelaskan oleh nabi kepada sahabat sebagai Malaikat Jibril a.s. ini,menjabarkan bahwa Ihsan ialah:"An ta'budallaha ka annaka tarahu, wain lam takun tarahu, fa innahu yaraka". (Agar kamu menghamba (beribadah) pada Allah seakan kamu melihat Nya, tapi bila kamu tidak bisa melihat Nya, maka sungguh Dia Maha melihat mu).
Ihsan, (Ahsana Yuhsinu Ihsan): dalam bahasa ialah "berbuat baik". Dalam hadits di atas di jelaskan bahwa Ihsan ialah perasaan dan kesadaran kita dalam menghamba kepada Allah swt. dengan selalu merasa melihat Nya atau dalam pengawasan Nya, bila tidak bisa seperti itu maka kita harus merasa bahwa penghambaan kita itu selalu di lihat dan di awasi oleh Nya. Dalam konteks ini, kami rasa lebih tepat memaknai maksud dari "ubudiyyah" dalam hadits ini ialah sifat kita sebagai hamba ('abd) secara umum, bukan terbatas pada pemahaman "ibadah/ubudiyyah" yang khusus berupa ritual (dengan Tuhan)semata.
Jadi dalam memaknai Ihsan maka lebih tepat nya ialah: Kesadaran kita sebagai Hamba yang selalu merasa melihat Tuhan Nya, atau merasa di lihat dan di awasi Tuhan nya, di manapun, kapanpun, bersama siapapun, bukan terbatas hanya saat beribadah seperti Shalat dll. Karena kalau hanya di maknai sebagai "ibadah" yang bersifat ritual maka makna Ihsan juga akan sangat terbatas dan tidak universal. Padahal kata Ihsan itu sendiri sebenar nya memiliki arti yang sangat universal yaitu "berbuat baik" yang konotasi nya ialah bentuk interaksi antar manusia, dalam kata lain hubungan horisontal (hablun min annas).
Pemaknaan Ihsan dengan kesadaran akan pengelihatan Tuhan pada kita sebagai hamba bisa di samakan dengan "dzikir" yang bermakna "ingat" (bukan dzikir yang sebatas bermakna "menyebut").Karena substansi dari kedua hal ini yaitu "sadar" dan "ingat" pada ke -Maha melihat- Nya Tuhan akan tingkah laku kita. Pemahaman bahwa Ihsan bukan hanya kesadaran kita saat ibadah tentang Pengawasan Tuhan, tapi juga saat waktu dan kesempatan yang lain,dan kemudian berimplikasi pada tingkah laku kita yang selalu ingin melakukan hanya yang "ihsan" (berbuat baik) pada sesama maka pemahaman yang demikian ini menjadi lebih "substantif".
Dalam tulisan ini, kami ingin menitik beratkan pada pembahasan Ihsan, dalam hadits ini Pria misterius yang akhir nya di jelaskan oleh nabi kepada sahabat sebagai Malaikat Jibril a.s. ini,menjabarkan bahwa Ihsan ialah:"An ta'budallaha ka annaka tarahu, wain lam takun tarahu, fa innahu yaraka". (Agar kamu menghamba (beribadah) pada Allah seakan kamu melihat Nya, tapi bila kamu tidak bisa melihat Nya, maka sungguh Dia Maha melihat mu).
Ihsan, (Ahsana Yuhsinu Ihsan): dalam bahasa ialah "berbuat baik". Dalam hadits di atas di jelaskan bahwa Ihsan ialah perasaan dan kesadaran kita dalam menghamba kepada Allah swt. dengan selalu merasa melihat Nya atau dalam pengawasan Nya, bila tidak bisa seperti itu maka kita harus merasa bahwa penghambaan kita itu selalu di lihat dan di awasi oleh Nya. Dalam konteks ini, kami rasa lebih tepat memaknai maksud dari "ubudiyyah" dalam hadits ini ialah sifat kita sebagai hamba ('abd) secara umum, bukan terbatas pada pemahaman "ibadah/ubudiyyah" yang khusus berupa ritual (dengan Tuhan)semata.
Jadi dalam memaknai Ihsan maka lebih tepat nya ialah: Kesadaran kita sebagai Hamba yang selalu merasa melihat Tuhan Nya, atau merasa di lihat dan di awasi Tuhan nya, di manapun, kapanpun, bersama siapapun, bukan terbatas hanya saat beribadah seperti Shalat dll. Karena kalau hanya di maknai sebagai "ibadah" yang bersifat ritual maka makna Ihsan juga akan sangat terbatas dan tidak universal. Padahal kata Ihsan itu sendiri sebenar nya memiliki arti yang sangat universal yaitu "berbuat baik" yang konotasi nya ialah bentuk interaksi antar manusia, dalam kata lain hubungan horisontal (hablun min annas).
Pemaknaan Ihsan dengan kesadaran akan pengelihatan Tuhan pada kita sebagai hamba bisa di samakan dengan "dzikir" yang bermakna "ingat" (bukan dzikir yang sebatas bermakna "menyebut").Karena substansi dari kedua hal ini yaitu "sadar" dan "ingat" pada ke -Maha melihat- Nya Tuhan akan tingkah laku kita. Pemahaman bahwa Ihsan bukan hanya kesadaran kita saat ibadah tentang Pengawasan Tuhan, tapi juga saat waktu dan kesempatan yang lain,dan kemudian berimplikasi pada tingkah laku kita yang selalu ingin melakukan hanya yang "ihsan" (berbuat baik) pada sesama maka pemahaman yang demikian ini menjadi lebih "substantif".